Beranda | Artikel
Pedoman Imam Muslim dalam Menyusun Kitab Shahih
Senin, 28 Oktober 2024

Pedoman Imam Muslim dalam Menyusun Kitab Shahih adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Syarah Muqaddimah Shahih Muslim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Kamis, 21 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Oktober 2024 M.

Kajian Islam Tentang Pedoman Imam Muslim dalam Menyusun Kitab Shahih

Kita akan mempelajari syarat-syarat yang disebutkan oleh Imam Muslim atau beberapa poin yang beliau jadikan pedoman dalam menyusun hadits-hadits di dalam kitab Shahih Muslim. Dalam Mukadimah kitab tersebut, seperti yang telah dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya, beliau menyusun kitab ini sebagai jawaban kepada salah satu muridnya dan sebagai bentuk perhatian kepada kaum Muslimin. Beliau ingin menghadirkan hadits-hadits yang shahih di tengah kondisi saat itu, ketika banyak orang yang mengetahui hadits shahih tidak menyebutkan sehingga menyibukkan kaum Muslimin dengan hadits-hadits yang lemah.

Dengan kitab ini, Imam Muslim ingin menegaskan pentingnya mengetahui dan memahami hadits-hadits yang shahih. Oleh karena itu, beliau menyusun kitab ini sebagai persembahan bagi kaum Muslimin.

Beliau menjelaskan metode yang digunakan dalam menyusun hadits-hadits tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kaum Muslimin memahami alasan di balik keshahihan hadits yang beliau pilih.

Para ulama menyatakan bahwa kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an adalah dua kitab shahih, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Maka, kini kita akan mempelajari mengapa Imam Muslim rahimahullah sampai mendapatkan kedudukan tersebut melalui kitabnya. Ternyata, beliau sangat disiplin dalam memilih hadits-hadits yang memang hanya diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya, baik dari sisi agama maupun kekuatan ilmiyah, hafalan, pengetahuan, dan pengalaman mereka dalam meriwayatkan hadits.

Dalam kitab ini, Imam Muslim juga akan menjelaskan tentang para perawi hadits yang beliau pilih haditsnya.

Imam Muslim menjelaskan bahwa ia menyusun kitab ini karena permintaan salah satu muridnya yang menginginkan hadits-hadits shahih. Beliau mengatakan, “InsyaAllah, aku akan mulai menyebutkan hadits-hadits yang engkau minta dan menyusunnya dengan syarat-syarat yang telah aku tentukan.” Imam Muslim memilih beberapa kaidah dalam menyusun hadits-hadits ini.

Imam Muslim rahimahullah juga menekankan bahwa semua hadits yang terdapat di dalam Shahih Muslim memiliki sanad. Berbeda dengan beberapa kitab lain, seperti Bulughul Maram karya Ibnu Hajar, Al-Muharrar fil Hadits karya Ibnu Abdul Hadi, dan Umdatul Ahkam karya Abdul Ghani Al-Maqdisi, yang tidak mencantumkan sanad. Kitab-kitab tersebut memang disusun tanpa sanad untuk memudahkan hafalan. Namun, Imam Muslim secara khusus memilih hadits-hadits yang bersanad untuk menjaga keaslian dan kredibilitas riwayat yang dicantumkan di dalam kitabnya.

Imam Muslim rahimahullah kemudian mengatakan, Kita akan membagi semua hadits bersanad ini menjadi tiga tingkatan. Saya mengusahakan agar hadits-hadits dalam Shahih Muslim tidak diulang, baik sanadnya maupun matannya.” Metode ini berbeda dengan manhaj Imam Bukhari. Imam Bukhari sering kali mengulang hadits-hadits hingga, menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Mukaddimah Fathul Bari, jika hadits di dalam Shahih Bukhari dihitung tanpa pengulangan, jumlahnya sekitar 2.700 hadits. Namun, karena adanya pengulangan, jumlah keseluruhan hadits dalam Shahih Bukhari mencapai sekitar 7.000 hadits.

Pengulangan tersebut dilakukan dengan maksud tertentu. Misalnya, ketika Imam Bukhari membahas satu hadits, ia akan menempatkannya sesuai tema yang relevan. Hadits yang sama dapat diberi judul berbeda untuk menguatkan berbagai pembahasan. Contohnya hadits tentang seseorang yang shalatnya jelek. Rasulullah saw lalu memerintahkannya mengulangi shalatnya. Hadits ini ditempatkan oleh Imam Bukhari dalam beberapa bab, di antaranya beliau berikan judul tentang “Makmum membaca surah Al-Fatihah dalam setiap rakaat” dan tentang “Keharusan tumakninah dalam rukuk dan sujud.”

Sehingga para ulama mengatakan bahwa kalau ingin melihat pemahaman dan pilihan yang dirajihkan Imam Bukhari, maka lihat judul-judul dalam Kitab Shahih Bukhari.

Berbeda dengan Imam Bukhari, Imam Muslim rahimahullah mengusahakan agar tidak mengulang hadits-hadits yang memiliki sanad dan matan sama, kecuali dalam keadaan tertentu. Beliau menyebutkan bahwa pengecualian ini dilakukan jika sebuah hadits memerlukan pengulangan karena ada tambahan makna, sehingga penambahan tersebut perlu dicantumkan.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54631-pedoman-imam-muslim-dalam-menyusun-kitab-shahih/